Wednesday, February 23, 2011

Kebijakan Hard Cluster Telkomsel dan Implikasinya bagi Server Pulsa (bagian 5-selesai)

Penguncian nomor melalui mekanisme HLR dan VLR; serta prediksi kebijakan hard cluster Telkomsel


1. HLR (Home Location Register)
HLR adalah singkatan dari “Home Location Register” dari kata-kata tersebut kita dapat mengartikan bahwa kartu kita mempunyai domain register pada area tertentu.

Pada saat Anda membeli perdana, Anda akan memilih nomornya yang bervariasi menurut Anda tetapi sebenarnya operator seluler telah membagi sistem penomoran tersebut per wilayahnya. Jadi Nomor yang Anda beli sebenarnya adalah memang ditujukan untuk dijual dan diaktifkan pada Area Anda. misalnya untuk simPATI Freedom dengan awalan nomor 08211 Adalah nomor yang mempunyai base domain di wilayah Jakarta.

Jadi kesimpulannya HLR adalah tempat dimana Anda membeli dan mengaktifkan kartu perdana Anda pertama kali, tentunya Anda membeli pada Area yang sama pula, misalnya Anda membeli perdana di Kalimantan lalu mengaktifkannya di Jakarta tetap saja Nomor tersebut mempunyai HLR Kalimantan bukan HLR Jakarta.

HLR berfungsi untuk penyimpan semua data dan informasi mengenai pelanggan yang tersimpan secara permanen, dalam arti tidak tergantung pada posisi pelanggan. HLR bertindak sebagai pusat informasi pelanggan yang setiap waktu akan diperlukan.

2. VLR (Visitor Location Register)
VLR adalah singkatan dari “Visitor Location Register” yang artinya terdapat kartu-kartu GSM dengan HLR yang satu sedang berada dalam lokasi HLR yang lainnya.

VLR berfungsi untuk menyimpan data dan informasi pelanggan, dimulai pada saat pelanggan memasuki suatu area yang bernaung dalam wilayah VLR tersebut (itulah mengapa terdapat istilah Roaming). Adanya informasi mengenai pelanggan dalam VLR memungkinkan kita untuk melakukan hubungan baik Incoming Call (panggilan masuk) maupun Outgoing Call (panggilan keluar).

VLR bertindak sebagai data base pelanggan yang bersifat dinamis, karena selalu berubah setiap waktu, menyesuaikan dengan pelanggan yang memasuki atau berpindah naungan. Data yang tersimpan dalam VLR secara otomatis akan selalu berubah mengikuti pergerakan pelanggan. Dengan demikian akan dapat dimonitor secara terus menerus posisi dari pelanggan, dan hal ini akan memungkinkan kita untuk melakukan interkoneksi pembicaraan dengan pelanggan lain. VLR selalu berhubungan secara intensif dengan HLR yang berfungsi sebagai sumber data pelanggan.[1]

Dalam kebijakan hard cluster Telkomsel; system pengenalan konsumen adalah system VLR, jadi jika nomor anda adalahh nomor dengan HRL Bali, jika berada di Merauke, maka anda secara VLR ter-registrasi di Merauke. itu hanya bisa mengisi menggunakan mkios di BTS yang ada di Merauke.


Toleransi Pembatan pengisian non VLR.
Menurut sumber wawancara dengan narasumber[2]; maksimal adalah 30% dengan punishment dari telkomsel jika lebih dari 30% maka sang dealer area akan didenda sesuai dengan prosentase pengisian luar VLR.
Katakanlah jika melanggarnya adalah 40%, maka uang jaminan dealer akan dipotong 40%, jika 50% akan langsung dipecat. Itulah sebabnya dealer seperti "galak" sekali kepada semua pemegang mkios-nya.


(meramal) Masa depan kebijakan Hard Cluster Area
Dengan jumlah pelanggan telkomsel yang mencapai 100juta pelanggan[3], maka akan sulit untuk mengatur pergerakan 100juta orang tadi. adalah "imposible" menerapkan pola pembayaran (dibaca : pembelian pulsa) pelanggan yang bergerak menggunakan system cluster.
Ketidakmungkinan banyak disebabkan oleh banyak hal, namun yang pasti adalah distribusi. Dealer tidak akan pernah memiliki sumberdaya yang cukup untuk meng-cover keseluruhan layanan kerja. Juga persaingan dengan operator lain.

Ada sebuah istilah plesetan di indonesia yang ngetrend di dunia marketing : Jika bisa dibuat sulit kenapa harus dibuat mudah, karena kesulitan itu menghasilkan uang.



Maka pada akhirnya bussiness going as usual (baca : uang). Maka analisa kebijakan hard cluster akan menjadi :
1. Telkomsel tidak akan pernah mengunci penlanggannya melalui mekanisme VLR (baca : hard cluster area)
2. Dealer akan "berkolusi" lagi dengan server untuk "membuang" stok-nya.
3. Server akan menjual kemana saja stok pulsanya.
4. Telkomsel akan diam saja.
jika Telkomsel tetap akan mengunci pelanggan melalui mekanisme hard cluster, maka sebenarnya kompetitor memiliki 1 kekuatan tambahan untuk "mencuri" pelanggan telkomsel. So, prinsip usaha hanyalah satu : bussines is going as usual.












Referensi :
[1]http://en.wikipedia.org/wiki/Home_Location_Register#Home_location_register_.28HLR.29
[2] Wawaancara dengan narasumber
[3] http://www.detikinet.com/read/2011/02/23/184046/1577607/328/3-berharap-kuntit-3-besar-di-peringkat-4/?i991101105
gambar uang : http://www.gambargratis.com/gambar/uang-rupiah