Saturday, December 18, 2010

Hikayat Berbalut Simbol (Cerita Pembentukan Mataram dari abdi dalem keraton)

Ceritanya hari senin tanggal 13 Desember 2010 kemarin, saya berkesempatan ke jogja (urusan keluarga sih, dan juga saya belum tentu 1 tahun saya berkesempatan ke luar kota). Sebenarnya jam 08.00 sudah selesai urusannya, jadi tinggal jalan-jalan nih.

Memasuki jalan malioboro sepi nyenyet, ternyata setelah cari info mau ada demo Keistemewaan Yogyakarta di Jalan Malioboro. Jadi rencana jalan-jalan cari batik di malioboro gagal deh :((

Akhirnya nampang orang kaya (padahal aslinya enggak) jalan-jalan ke Amplaz (Ambarukma Plaza), masya alloh harga-harganya bikin cekek leher.

Akhirnya perjalanan yang panas itu mengantarkan saya ke Bantul, tepatnya di Kediaman salah satu abdi dalem keraton di (diedit). Di Kediaman (narasumber diedit) (99 tahun).

Beliau banyak bercerita macam-macam, salah satunya adalah “kebiasaan buruk” sastra jawa yang harus “diolah, dicerna dan dimaknai” dalam membahasakan sastra-sastra jawa, terlebih sastra jawa dari jaman dahulu yang berujud serat-serat dan pupuh.

Beliau juga bercerita bahwa beliau sudah mengabdi menjadi abdi delam keraton Jogja sejak masa Hamengkubuwana VIII.

Salah satu yang diceritakan adalah sastra tentang sejarah berdirinya Mataram Jogja; dalam sastra yang dikenal selama ini :


Babad Tanah Jawi juga mengisahkan keistimewaan lain yang dimiliki Ki Ageng Pamanahan selaku leluhur raja-raja Mataram. Konon, sesudah membuka desa Mataram, Ki Pamanahan pergi mengunjungi sahabatnya di desa Giring. Pada saat itu Ki Ageng Giring baru saja mendapatkan buah kelapa muda bertuah yang jika diminum airnya sampai habis, si peminum akan menurunkan raja-raja Jawa.

Ki Pamanahan tiba di rumah Ki Ageng Giring dalam keadaan haus. Ia langsung menuju dapur dan menemukan kelapa muda ajaib itu. Dalam sekali teguk, Ki Pamanahan menghabiskan airnya. Ki Giring tiba di rumah sehabis mandi di sungai. Ia kecewa karena tidak jadi meminum air kelapa bertuah tersebut. Namun, akhirnya Ki Ageng Giring pasrah pada takdir bahwa Ki Ageng Pamanahan yang dipilih Tuhan untuk menurunkan raja-raja pulau Jawa.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pemanahan#Membuka_Mataram

Dari tahun 1500an sampai sekarang mitos tersebut dipercaya yaitu bahwa Ki Ageng Pamanahan meminum air kelapa muda ajaib yang sebenarnya milik Ki Ageng Giring.

(apa yang terjadi sebenarnya?)
Menurut narasumber (diedit), yang terjadi sebenarnya adalah (maaf) Ki Ageng Pamanahan ke tempat Ki Ageng Giring untuk berselingkuh dengan istrinya Ki Ageng Giring. Istilah kedapur meminum air kelapa tersebut adalah :
kelapa muda = degan (bahasa jawa)
Ki Ageng Pamanahan ngumbe degan neng pawon maksudnya Ki Ageng Pamanahan “(gitu-gitu-nya)” sambil berdiri di dapur; (bahasa jawa adeg-adegan neng pawon).

Ya begitulah penggambaran sekelumit tentang sastra jawa yang pemahamannya harus di otak dan di atik melalui pemikiran, rasa dan hati.

Sebagai kenang-kenangan saya berfoto bersama bersama (narasumber diedit).
(foto narasumber tidak ditampilkan)
Olá! Se você ainda não assinou, assine nosso RSS feed e receba nossas atualizações por email, ou siga nos no Twitter.
Nome: Email:

0 comments:

Post a Comment